My Experience with British Council
Social Enterprise
Pada kesempatan ini saya coba ingin menyampaikan pengalaman mengikuti program British Council. Dan mungkin lebih jelasnya tentang arah pemikiran UK (Inggris) dan Amerika. British Council bukan bagian dari kepentingan kedua Negara tersebut. Walaupun pusatnya memang di Inggris. British Council adalah lembaga budaya yang independen dari kepentingan manapun. Pada fase/ tahapan program ISSN yang ketiga adalah tentang entrepreneurs, tetapi jauh dari yang pernah saya bayangkan sebelumnya. Entrepreneur atau kewirausahaan yang dimaksud bukan untuk kepentingan pribadi atau bisnis semata. Selama 3 hari saya mengikuti pelatihan tersebut, arah pemikiran dan langkahnya lebih kepada ranah yang berbasis sosial. “Social Enterprise”. Kewirausahaan yang berbasis social atau yang lebih mengedepankan pelayanan social.
Mengapa SE lebih banyak dikembangkan di UK? Mengapa juga sebagian komunitas di Amerika tidak begitu tertarik dengan SE? kehidupan individualis orang-orang barat, sedikit banyak semakin menghilanghkan rasa kebersamaan/ sosial. Apalagi kalau dibandingkan dengan budaya ketimuran yang ada, khususnya di Indonesia. Jelas sangat bertentangan. Hidup yang “guyup rukun, gotong royong”,sudah pasti jarang kita temui di dunia barat. Hal inilah yang membuat para pelaku bisnis di UK berfikir ulang. Mungkin juga tentang arti kehidupan ini. Sebenarnya hidup ini untuk siapa dan kembali kepada siapa. Kalau merunut akar berfikir kita sebagai umat muslim, jelas jawabannya kepada Allah. Akan tetapi kerangaka berfikir sebagian komunitas di UK berbeda. Inilah yang sedikit banyak yang mengarahkan kepada pemikiran social enterprise.
Banyak contoh yang dapat kita saksikan baik di media local nasional maupun internasional. Beberapa lembaga usaha yang tidak berbasis social dan keterbukaan publik hampir pasti pada akhir permaslahannya adalah kegagalan dalam keberlangsungannya